JINPOKER.COM - AGEN POKER, DOMINO , CEME DAN CAPSA SUSUN ONLINE TERPERCAYA Agen Judi Bola
54DEWAPOKER - AGEN POKER , DOMINO , CEME DAN CAPSASUSUN ONLINE UANG ASLI
Agen Judi Bola Online Terbesar
Slot Kosong

FOKUS: Lima Pelajaran Yang Bisa Dipetik Dari Tur Ajax Amsterdam

396724_heroa


Persib Bandung dan Persija Jakarta menjadi tim yang terpilih untuk meladeni sang juara Eredivisie musim ini, Ajax Amsterdam, dalam tur mereka di Indonesia, 8-17 Mei 2014. Ini adalah kesempatan langka bagi klub-klub asal Indonesia untuk beruji coba dengan salah satu klub besar Eropa seperti Ajax.


Ajax sendiri sebagai sebuah klub telah memiliki sejarah panjang dalam dunia sepakbola. Berbagai gelar bergengsi telah mereka rasakan mulai dari kompetisi lokal hingga antarklub Eropa dan Dunia seperti empat kali juara Piala Champions (sekarang Liga Champions Eropa), dan Piala Intercontinental (dua kali).


Namun di balik itu semua, tentunya tak lepas dari proses pengembangan yang dilakukan de Amsterdammers selama ini. Banyak hal yang bisa dipetik oleh Persib maupun Persija dari tur Ajax ke Indonesia. Berikut lima hal yang bisa ditiru Persib dan Persija dari Ajax:









KONSISTEN PEMBINAAN USIA MUDA



Tak bisa dimungkiri, akademi Ajax menjadi salah satu yang terbaik di Eropa bahkan dunia. Banyak pemain besar yang sudah dilahirkan dari akademi tersebut. Mulai dari Marco Van Basten, Dennis Bergkamp, hingga Patrick Kluivert.


Sistem pembinaan yang mereka terapkan patut ditiru oleh Persija dan Persib. Ajax selalu memberikan tempat bagi para pemain muda mereka untuk unjuk gigi. Dengan berbagai tahapan yang telah disusun secara sistematis dan standar tinggi. Coba kita lihat sistem pembinaan yang dilakukan Persija atau Persib.


Memang, kedua tim saat ini masih belum memiliki akademi seperti Ajax. Bahkan, para pemain muda yang ada di tim mereka pun jarang mendapatkan kesempatan untuk menambah menit bermain di tim utama. Persib dan Persija tampaknya perlu untuk lebih memberikan tempat kepada para pemain muda potensial yang mereka miliki untuk beraksi di kompetisi level tertinggi.


Karena setiap pemain muda bakatnya tak akan terasah tanpa mendapatkan pengalaman terjun langsung dalam kompetisi dengan menit bermain yang cukup.









MEMILIKI TIM KHUSUS PENCARI BAKAT


Kebanyakan klub-klub di Indonesia jarang yang memiliki tim khusus untuk mencari bakat-bakat pemain muda potensial. Bahkan, klub-klub saat ini lebih cenderung menggelar seleksi di lapangan mereka dengan cara menerima siapa pun yang mendaftar. Itu terjadi ketika musim kompetisi mau dimulai. Melihat kenyataan itu, belum tentu semua yang mengikuti seleksi tersebut berkualitas mumpuni.


Bisa saja, di banyak sekolah sepakbola daerah terpencil yang sulit dijangkau atau jarang diperhatikan ada sebuah bakat yang luar biasa potensial. Mungkin, para pemain itu tersandung faktor ekonomi untuk berangkat mengikuti seleksi di klub-klub besar.


Untuk itu, dibutuhkan sebuah keinginan kuat untuk mengembangkan hal tersebut seperti yang dilakukan Ajax selama ini.









KEBIJAKAN TRANSFER YANG TEPAT


Ajax selama ini dikenal sebagai pengekspor rutin pemain kelas dunia di berbagai klub besar Eropa lainnya. Mereka selalu menerapkan kebijakan transfer yang tepat. Mulai dari mengambil pemain dari akademi sendiri hingga mencari bakat-bakat lain yang bisa digamit dengan biaya murah.


Dan ketika mulai berkembang, para pemain yang dilirik klub-klub besar mereka jual dengan harga yang tinggi. Luis Suarez, misalnya. Ajax berhasil menjual Suarez ke Liverpool dengan harga mencapai 26,5 juta euro. Padahal, mereka hanya membeli striker asal Uruguay tersebut dari Groningen seharga 7,5 juta euro.


Bandingkan dengan kebijakan transfer Persib atau Persija, musim ini. Persib harus rela merogoh kocek dalam-dalam untuk mendatangkan duo Mali, Djibril Coulibaly dan Makan Konate. Belum lagi, beberapa pemain dengan nama besar seperti Ferdinand Sinaga, Abdul Rahman, Achmad Jufriyanto, maupun Taufiq.


Yang menarik adalah, Persib kembali memulangkan pemain hasil binaan mereka Ferdinand dengan harga yang tinggi. Bayangkan, jika mereka tidak melepas Ferdinand ke klub lain saat masih berada di tim junior. Mungkin sekarang Maung Bandung tak perlu mengeluarkan jumlah uang yang besar untuk memulangkannya.


Satu hal yang perlu diterapkan bagi mayoritas klub-klub di Indonesia adalah, mengontrak pemain tidak hanya untuk satu musim. Tapi seharusnya para pemain dikontrak minimal dua atau tiga musim. Sehingga penerapan transfer pemain dari sisi bisnis bisa berjalan seperti di klub-klub Eropa. Yang nantinya, akan menjadi sumber pemasukan yang lumayan bagi klub tersebut.









BELAJAR TOTAL FOOTBALL DARI AHLINYA


Taktik permainan total football memang bersumber dari Belanda. Taktik yang memungkinkan semua pemain bertukar posisi secara konsisten, sambil menekan pemain lawan yang menguasai bola ini pertama kali dipopulerkan Ajax pada 1969-1973. Adalah Rinus Michels yang menjadi otak dari taktik ini, ketika menukangi tim yang bermarkas di Amsterdam Arena itu pada periode tersebut. Timnas Belanda kemudian mengadopsi gaya ini pada Piala Dunia 1974 dan terus menjadi ciri khas permainan tim Oranye dan Ajax hingga sekarang.


Kini, Ajax dilatih oleh Frank de Boer yang merupakan hasil binaan dari taktik total football itu sendiri. Sehingga, pelatih Persib (Djajang Nurjaman) maupun Persija (Benny Dolo), bisa kembali menambah perbendaharaan ilmu kepelatihan mereka tentang taktik total football teranyar yang membawa Ajax menjadi juara Eredivisie musim ini.









MANAJEMEN KLUB YANG PROFESIONAL


Sebuah klub akan terus berkembang lebih baik, jika manajemen yang menaungi klub tersebut juga baik dan bekerja secara profesional. Persib saat ini bisa dibilang sebagai salah satu klub Indonesia yang manajemennya cukup rapi dalam pengelolaan sumber daya klub. Sementara Persija, sejauh ini masih dalam tahap perbaikan demi perbaikan, agar tidak terjadi lagi kendala finansial seperti yang dialami pada musim lalu.


Nah, kedatangan Ajax dalam tur kali ini bisa sekaligus menjadi ajang bagi manajemen Persib dan Persija untuk bertukar pikiran dengan manajemen Ajax. Manajemen Ajax sendiri sejauh ini bisa dibilang sangat sukses dalam mengelola sumber daya klub mulai dari sumber daya manusia, aset, sponsor, hingga pengelolaan suporter.


Itulah yang membuat de Amsterdammer selalu menjadi salah satu klub terbesar di Eropa dan dunia hingga saat ini.

Related Posts :